MEMILIH
UNTUK KEBAHAGIAN
Frederick Robinson
Judul Buku : Aretê
“Hidup Sukses menurut Plato”
Pengarang : A. Setyo Wibowo
Penerbit : Kanisus, Yogyakarta
Tebal : 184 halaman
Tahun Terbit : 2010 Cetakan I
ISBN : 978-979-21-2663-1
Keseharaian hidup manusia
ingin mencari kebahagian dan sukses. Jika orang hidup sukses pasti
merasa bahagia. Harta milik, uang dan reputasi menjadi kata kunci untuk hidup
bahagia, tetapi ini semua adalah semu kata Platon.
Manusia yang mendambakan
hidup sukses harus belajar bersama Plato. Plato memberikan cara hidup untuk
mencapai kebahagian, yang tidak lain berupa hasrat untuk terus menerus mencari
tahu. Dalam hal ini manusia harus mengenal diri sejati manusia yang adalah jiwanya. Jiwa adalah sebuah
kompleksitas dinamika internal, Platon menyebutnya sebagai rasio. Dengan rasio
manusia mengembara untuk mencari tahu keutamaan (aretê) dalam hidupnya. Dalam dinamika hidup keseharian, manusia
ditantang untuk menjalani hidupnya lewat pilihan-pilihan bebas yang selalu diorentasikan
pada kebaikan. Namun mengingat apa yang “baik” tidak selalu benar-benar baik,
maka untuk bisa hidup sukses jiwa manusia harus menundukan dirinya pada pencerahan rasio. Satu kata kunci yang dipegang
oleh Plato untuk hidup sukses adalah merawat jiwa sendiri. Jiwa merupakan apa
yang terdalam dari diri manusia. Jika
kita merawatnya dengan baik kelak kita akan menjadi orang yang dekat dengan
kebaikan. Kesuksesan bukan warisan harta benda, atau tindakan heroik tetapi kesuksesan
ada dalam ideal yang kekal yang diturunkan dari generassi ke generasi.
Isi buku Aretê
terdiri dari empat bagian yang merupakan kunci untuk hidup sukses. Bagian pertama berdasarkan filsafat
platon adalah berani mengabaikan diri.
Orang menjadi filsuf atau pencinta kebijaksanaan bila mengabaikan dirinya. Artinya manusia harus berani meruntuhkan keyakinan-keyakinan dan
pendapat-pendapatnya sendiri, senantiasa terbuka pada hal-hal yang baru, berani
masuk dalam gerakan di mana ia berada dalam situasi tidak tahu tetapi berhasrat
untuk ingin tahu.
Bagian kedua adalah pengenalan diri. Seluruh pemikiran
Platon dipusatkan pada pencarian jati diri
manusia. Untuk mengenal diri bagi Plato adalah
tidak mudah karena mengenal diri berarti mengenal jiwa kita. Siapa yang bisa
mengenal jiwa? Platon mengatakan jiwa adalah
sebuah gerakan. Artinya jiwa yang menggerakan
manusia untuk mencapai “aretê” atau keutamaan hidup. Platon membicarakan jiwa
terutama sebagai semacam agen moral dan rasional yang bertanggungjawab atas
pilihan-pilihan hidup manusia, sehingga manusia harus merawat jiwanya dengan
baik. Jiwa adalah sesuatu yang paling inti, paling murni dari kemanusian kita,
lebih tinggi, mulia dan kekal dari pada tubuh.
Platon
menguraikan tiga unsur gerakan dari jiwa, Pertama,
epithumia (nafsu). Platon beranggapan
bahwa Nafsu bukan dari tubuh. Maka muncul
pertanyaan apakah nafsu misalnya makan, minum, seks berasal dari tubuh atau
jiwa. Platon memberikan jawaban bahwa
bukan tubuh yang membuat jiwa jatuh atau yang memaku jiwa pada sebuah tubuh
tertentu, melainkan sesuatu dalam jiwa sendiri kerena selalu mendekatkan
dirinya pada tubuh. Maka nafsu-nafsu makan, minum, dan seks adalah sesuatu dari
jiwa yang karena orientasinya pada hal-hal material. Dengan demikian Platon
memberikan ide bahwa nafsu bukanlah tubuh melainkan jiwa itu sendiri. Gagasan kedua dari epithumia (nafsu) adalah kenikmatan
ada di jiwa. Platon membedakan antara kenikmatan jiwa murni dan kenikmatan
saat menggunakan tubuh sebagai instrumen. Maka prinsip kenikmatan tidak selalu
berkaitan dengan nafsu “epithumia”; tetapi tiap jiwa memiliki kenikmatannya
sendiri. Kata Platon, bila orang hidup melulu mengikuti nafsu (ephitumia), maka kenikmatan baginya adalah
menumpuk harta benda dan uang. Bila orang mengikuti thumos, kenikmatan baginya adalah penghargaan dan nama besar. Kalau
orang mencintai pengetahuan dan kebenaran-kebenaran sejati, kenikmatan baginya
adalah pengetahuan akan hal-hal yang ada dalam dirinya sendiri seperti benar,
baik dan indah. Kenikmatan yang stabil dan murni ada dalam jiwa
mengkontemplasikan idea
Gerakan jiwa yang kedua adalah Thumos (agresivitas, rasa).
Thumos adalah gerakan jiwa
bagian atas, di bagian thorax, di antara leher dan diafragma dada. Unsur Thumos merujuk pada segala bentuk
afektivitas, rasa, semangat dan agresivitas. Thumos adalah tempat munculnya keberanian, bagian jiwa yang
agresif. Jadi perhatian unsur utama jiwa di dada ini adalah mencari kemenangan
dalam kompetisi dan penghargaan di mata orang lain.
Gerakan jiwa yang ketiga adalah Logistikon (logika). Jiwa logistikon bertugas untuk memerintah dan mengendalikan dua “bagian”
jiwa lainnya. Jiwa sebagai gerak
merupakan inti filsafat platon yang mengajak manusia untuk tidak terbenam dalam
rutinitas keseharian yang dipenuhi gosip, rumor dan informasi yang tidak jelas.
Platon mengajak kita untuk merawat jiwa artinya memelihara apa yang sejati dari
diri kita sendiri supaya tidak terbelenggu dalam dunia indrawi keseharaian dan
senantiasa mengingat tujuan mulia keberadaan manusia di dunia ini, yaitu
menyerupakan diri dengan yang Ilahi.
Bagian ketiga adalah mengoptimalkan apa yang menjadi jati diri
terdalam jiwa yaitu “rasio”. Jiwa manusia adalah rasionya, maka hidup
mengikuti tuntutan rasio. Mengikuti filsafat plato bahwa, diri terdalam kita terpusat
pada gerak, maka manusia mau menjadi apa atau siapa tergantung dari gerakannya
sendiri tergantung pada apa yang menjadi pusat perhatian untuk menemukan kesuksesan hidupnya. Platon
mengatakan bahwa saat orang digerakan oleh cintanya pada kebenaran, lewat
“bagian” rasional jiwanya, maka orang tersebut dijuluki philosophos. Orang seperti ini tidak akan peduli dengan harta benda
apalagi soal nama besar.
Memang manusia pada
umumnya bebas mengujudkan dirinya sendiri, namun ujud terbaik manusia adalah
orang yang cinta belajar atau cinta kebijaksanaan, yaitu mengutamakan rasio dan
hasratnya untuk mencapai pengetahuan dan kebijaksanaan. Prinsip rasio
mengatakan bahwa jati diri paling inti manusia adalah rasionya. Maka, keutamaan
adalah ketika ciri yang menjadi karakter khasnya mewujud secara optimal. Misalnya
sebuah telinga adalah “utama” bila ia berfungsi baik, yaitu bisa mendengarkan.
Bagain keempat adalah disiplin hasrat. Hal yang utama dalam mencapai kesuksesan adalah
rasio. Namun Platon tidak mengabaikan eros
(hasrat). Karena eros juga mampu
menghancurkan manusia. Itulah sebabnya pencapaian kesuksesan hidup manusia
bukan hanya soal rasio melainkan juga pendisiplin eros. Platon menekankan pentingnya pembentukan atau pendidikan eros (hasrat, kerena dalam diri manusia eros adalah pengerak dan dorongan yang luar biasa. Kita umumnya
mencintai atau menghasratkan sesuatu yang belum kita miliki karena eros. Rasa kurang eroslah yang menggerakan manusia untuk memenuhinya. Manifestasi eros tampak dalam rasa kurang yang
berkenan dengan makanan, minuman dan seks, rasa kurang dalam harga diri, hingga
rasa kurang eksistensial seperti ingin mencari belahan jiwa. Eros juga nampak dalam hasrat
intelektual untuk selalu mencari. Eros
memang pencarian pemenuhan akan sebuah rasa kurang. Namun Eroslah yang mendorong orang menjadi filsuf, pencinta
kebijaksanaan, yang dari koadrat mortalnya
(tidak dapat mati) ingin menyerupai yang Ilahi. Eros juga persatuan dan kesuburan. Berkat eros, spesies manusia berlangsung terus menerus dalam waktu tanpa
henti. Eros menggerakan manusia
melampaui dirinya, dan memberikan diri untuk sesuatu di luar dirinya demi
mencapai keutamaan hidup.
Mengingat daya eros luar biasa, maka menaruh perhatian pada eros sangatlah penting supaya orang
mengenali paradoksal hasrat-hasrat yang ada di dalam dirinya dan mampu
menyatukannya demi sebuah orientasi akan kebaikan.
Sign up here with your email
1 komentar:
Write komentarPinnacle Cycling - Tioga Road Bike Parts & Accessories
ReplyPinnacle is a titanium bracelet bike shop, shop and shop titanium edc for titanium pickaxe terraria the newest and titanium ore best quality products on the market. Visit our website for free delivery and special ti89 titanium calculators deals
EmoticonEmoticon